ads
Selamat Jalan, Pak Nardi yang Murah Hati

Selamat Jalan, Pak Nardi yang Murah Hati

Smallest Font
Largest Font

Oleh: Erik Tauvani Somae

Advertisement
ads
Scroll To Continue with Content

Saya mengenal secara pribadi pak Nardi (Sunardi Syahuri) sebagai kakak kelas saya, walau terpaut usia cukup jauh.

Pak Nardi lulus dari Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta tahun 1969. Seangkatan dengan Pak Alfian Darmawan. Sedangkan saya sendiri lulusan tahun 2007.

Karena beda generasi, tentu saja kami tidak ketemu sebagai sesama siswa. Namun, karena kiprahnya dalam bidang sosial dan dakwah, tidak pernah padam. Komunikasi kami via WA untuk Mu’allimin cukup lancar.

Terakhir ketemu, beliau masih tampak sehat. Masih bisa jalan-jalan bersama Bu Pamella.

Saya sapa: “Assalamu’alaikum, Ustaz, bagaimana kabarnya?”

“Wa’alaikumsalam. Alhamdulillah, ya begini ini, Mas.”

Meski sudah tampak lebih kurus karena sakit, beliau masih bisa menyempatkan diri menghadiri undangan mantu pak Anas di gedung Maducandya pada 20 April 2018.

Pak Nardi, bagi Mu’allimin, adalah lebih dari sekadar alumni sendiri. Meski sudah lulus sejak hampir dari separuh abad yang lalu, ia tak pernah berpangku tangan dari madrasah yang telah mendidiknya ini.

Ia sangat ringan tangan. Bahkan, ia pernah menjadi bagian dari Badan Pembina Harian (BPH) untuk pengembangan Mu’allimin dan Mu’allimaat.

Anak-anaknya juga ia sekolahkan di kedua madrasah ini. Bahkan, menantu lelakinya pun, ia pilihkan dari Mu’allimin.

Masih segar dalam ingatan ketika peresmian gedung induk Mu’allimin pada 2008 yang silam. Waktu itu, pak Nardi memimpin penggalangan dana untuk pengadaan isi ruang kelas di gedung empat lantai itu.

“Jika di antara hadirin sekalian ada yang menyumbang meja dan kursi untuk satu kelas,” kata pak Nardi di atas podium, “maka akan saya temani untuk menyumbang meja dan kursi satu kelas juga. Jika hadirin menyumbang untuk dua kelas, saya temani menyumbang untuk dua kelas juga.” Dan seterusnya….

Untuk Mu’allimin, bersama Buya Syafii Maarif, pak Nardi rela berpeluh dan berkorban. Itupun ia upayakan dengan kalem dan rendah hati di atas podium dulu. Hasilnya jelas dan konkret.

Kini, siswa dan guru Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta merasakan hasil dari ketulusan dan upaya beliau.

Pada hari Ahad, 11 November 2018 kemarin sore, Buya Syafii berkirim pesan kepada saya: “Telah wafat sahabat kita Sunardi Syahuri jam 16.30 tadi, kini sedang dimandikan di mushalla JIH.” Maarif.

Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn. Pak Nardi meninggal dunia di usia ke-66 tahun. Dai ulung nan dermawan itu, kini sudah meninggalkan kita semua.

Dan, kita semua hanya bisa berdoa, semoga pak Nardi wafat dalam husnul khatimah. Keluarga yang ditinggalkan senantiasa diberi kesabaran dan ketabahan. Āmīn

Akhirnya, kepada kita semua bahwa kematian adalah sebuah kepastian. Cepat atau lambat. Dan pak Nardi sudah memberi teladan kepada kita semua tentang hidup yang berarti. Bagi pak Nardi, hidup itu menjadi dai dan menjadi pribadi yang murah hati.

Selamat jalan, pak Nardi.

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow