Tak Hanya PSIM, Inilah Kiprah Ahmad Syauqi Soeratno untuk Sepak Bola DIY
YOGYA - Sepak bola dan Ahmad Syauqi Soeratno bagaikan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Hal itu terbukti dari sepak terjangnya di dalam dunia si kulit bundar itu, sejak dari masa kecilnya hingga masa sekarang.
Sebagian besar masyarakat Yogyakarta mengenal Syauqi sebagai sosok yang sangat peduli dengan perkembangan sepak bola di Yogyakarta. Berawal dari tahun 2005 dimana PSIM berhasil promosi ke Divisi Utama (kasta teratas kompetisi sepakbola Indonesia sebelum Liga Super) usai menjuarai Divisi Satu di Jalak Harupat.
Setelah juara, manajemen PSIM melalui general manajer (GM) mengembalikan melaporkan kinerja dan mengembalikan amanat kepada Ketua Umum. Ini adalah tradisi setiap tahun. GM waktu itu adalah Yoyok Setiawan. Setiap tahun ada pergantian GM, karena memang masa kerjanya satu musim kompetisi. Ketua umum PSIM saat itu adalah dr. Hadianto Ismangoen, Sp.A. yang akrab dipanggil Dokter Antok.
Atas kesepakatan manajemen dan berdasar masukan dari pandemen sepak bola Jogja, walikota sebagai Ketua Dewan Pembina bersama Pengurus PSIM menunjuk Syauqi menjadi GM. Syauqi saat itu menjabat sebagai staf ahli walikota Yogyakarta, Herry Zudianto.
Sebagai tim promosi pada umumnya, tentu saja target PSIM adalah bisa bertahan setidaknya 2-3 musim di kasta teratas. Tak hanya itu, Syauqi dan timnya juga menyiapkan semua persyaratan klub untuk bisa ke Liga Super sesuai dengan ketentuan AFC, sebagai upaya mendesain PSIM sebagai klub profesional.
Langkah pertama yang dilakukan adalah membentuk struktur klub untuk membangun sebuah klub profesional. Meskipun masih memakai APBD waktu itu, namun pengelolaannya dilakukan secara profesional oleh tim manajemen keuangan, disamping juga didukung oleh manajemen administrasi yang rapi, terutama dalam melakukan kontrak profesional kepada pemain.
Syauqi sebagai General Manager juga menaungi manajer dari masing - masing tim senior dan kelompok umur (u-23 dan u-17). Bahkan, Syauqi juga mengajak tim kelompok umur untuk menonton tim senior saat bertanding, untuk menumbuhkan loyalitas.
Namun, segalanya tidak mudah bagi Syauqi. Saat gempa besar melanda Yogyakarta tahun 2006, klub-klub sepak bola di DIY, termasuk PSIM juga ikut kena imbasnya.
Sehingga membuat PSIM, PSS Sleman, dan klub-klub dari DIY mundur dari kompetisi musim 2006. Meski PSIM mundur, namun Syauqi tetap aktif mendampingi para pemain dan manajemen.
Di sela-sela mengurusi PSIM, Syauqi mendapat tawaran dari PSSI di tahun 2007 untuk berkiprah di sepak bola nasional. Terutama dalam urusan menangani ketertiban basis data dan administrasi serta diminta untuk menangani kompetisi amatir dan usia muda.
Kiprah Syauqi di PSSI berlanjut dengan menduduki beberapa jabatan penting di PSSI. Seperti Deputi Sekjen PSSI, pada 2009 hingga 2011. Tahun 2014, menjadi CEO Badan Liga Amatir Indonesia (BLAI) hingga menjadi Ketua Asprov PSSI DIY periode 2018-2023.
Selama berkiprah di dunia sepak bola, Syauqi menyoroti banyak masalah yang terjadi. Terutama soal pengelolaan kompetisi yang masih kurang rapi, infrastruktur belum merata, pembinaan belum digiatkan, hingga masalah di tribun penonton.
Dimana terdapat banyak kekerasan, baik secara verbal dengan cat calling terhadap lawan jenis, maupun fisik yang sudah sering terjadi antara suporter dan penonton. Lantas, bagaimana upaya Ahmad Syauqi Soeratno untuk menangani masalah yang terjadi di persepakbolaan Indonesia, terutama Yogyakarta?
Temukan jawabannya di MATCHGAZINE edisi 08 dalam pertandingan antara PSIM vs Persiraja, di lanjutan Play-off Promosi Liga 2 Indonesia, hari Rabu (17/1). (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow