KH Ahmad Dahlan Sosok Inspiratif Pendiri Muhammadiyah

KH Ahmad Dahlan Sosok Inspiratif Pendiri Muhammadiyah

Smallest Font
Largest Font

KH Ahmad Dahlan, Sosok Inspiratif Sang Pendiri Muhammadiyah

MEDIAMU.COM KH Ahmad Dahlan Sosok Inspiratif Pendiri Muhammadiyah, seorang Ulama Besar yang dihormati dan diakui sebagai Pahlawan Nasional Indonesia, merupakan tokoh utama di balik berdirinya Muhammadiyah. Beliau, sebagai anak keempat dari tujuh bersaudara dalam keluarga K.H. Abu Bakar, mewarisi kecintaan terhadap ilmu agama dan keulamaan. Ayahnya, seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta pada zamannya, dan ibunya, putri H. Ibrahim yang menjabat sebagai penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, memberikan fondasi keluarga yang kuat bagi perjalanan spiritual dan intelektualnya.

Dari latar belakang keluarganya yang kaya akan ilmu dan tradisi keagamaan, Kyai Haji Ahmad Dahlan tumbuh sebagai sosok yang memiliki panggilan kuat untuk membawa perubahan positif dalam masyarakat. Beliau tidak hanya mendirikan Muhammadiyah sebagai wadah pembaharuan Islam, tetapi juga menjadi sosok inspiratif yang membimbing umatnya menuju pemahaman agama yang benar dan kesejahteraan masyarakat.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Silsilah Keluarga Sang Pendiri Muhammadiyah

K.H. Ahmad Dahlan, yang memiliki nama kecil Muhammad Darwis lahir pada 1 Agustus 1686. Ia tumbuh sebagai anak keempat dari tujuh bersaudara. Uniknya, seluruh saudara-saudaranya adalah perempuan, kecuali satu-satunya adik bungsunya. Beliau merupakan keturunan ke-12 dari Maulana Malik Ibrahim, seorang tokoh Walisongo yang terkenal sebagai pelopor penyebaran agama Islam di Jawa. Silsilah keluarganya melibatkan jalur keturunan yang melewati beberapa tokoh utama, termasuk Maulana 'Ainul Yaqin, Sunan Prapen, dan Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom).

Dengan warisan nasab yang mencapai nabi Islam, Muhammad, K.H. Ahmad Dahlan memimpin kehidupan yang tercermin dalam upaya pembaharuan Islam melalui Muhammadiyah. Pada dasarnya, riwayat keluarganya membentuk sebuah narasi yang tidak hanya menggambarkan kisah seorang pemimpin agama, tetapi juga menyiratkan makna keagamaan yang mendalam dalam perjalanan hidupnya.

Perjalanan Religius Sang Pendiri Muhammadiyah

KH Ahmad Dahlan Sosok Inspiratif Pendiri Muhammadiyah dibimbing langsung oleh orang tuanya di dalam lingkup keluarga. Bahkan, ketika baru berusia 8 tahun, dia sudah dapat membaca Alquran dengan mematuhi aturan ilmu tajwid. Ahmad Dahlan juga mengejar ilmu agama dari para ulama, sehingga pengetahuannya terus berkembang. Ketika umurnya mencapai 15 tahun, ayahnya memutuskan untuk mengirim Ahmad Dahlan merantau ke Mekah. Tujuan utamanya adalah untuk haji, sambil mendalamii ilmu keagamaan.

Ahmad Dahlan merantau ke Makkah selama lima tahun. Di sana ia mendalami berbagai ilmu agama seperti qiraat, tafsir, tauhid, fikih, tasawuf, ilmu falak, bahasa arab, dan ilmu lainnya. Menjelang kepulangannya ke Tanah Air, Ahmad Dahlan menemui Imam Syai’I Sayid Bakri Syatha untuk mengubah nama dari Muhammad Darwis menjadi Ahmad Dahlan dengan gelar Haji di depannya.

Setelah pulang kampung, Ahmad Dahlan ditugaskan ayahnya untuk mengajar anak-anak di Kampung Kauman. Kegiatan belajar mengajar itu berlangsung di langgar atau surau ayahnya pada siang dan sore hari. Ahmad Dahlan bahkan kadang-kadang menggantikan posisi ayahnya untuk mengajar orang dewasa, dan dari sini lahirlah gelar Kiai, panggilan untuk ulama di tanah Jawa. Pada tahun 1889, Ahmad Dahlan menikah dengan Siti Walidah, putri Kyai Fadhil Kamaludiningrat, seorang penghulu di Kraton Yogyakarta. Mereka dikaruniai enam anak: Johanah, Siradj Dahlan, Siti Busjro, Siti Aisyah, Irfan Dahlan, dan Siti Zuharah, yang menjadi inti keluarga yang terus berkembang seiring berjalannya waktu.

Pada 1903, Ahmad Dahlan kembali ke Makkah bersama anak pertamanya, Muhammad Siradj, yang baru berumur enam tahun. Di sana, dia tinggal selama dua tahun untuk mendalami pengetahuan agama dan mempelajari gerakan pembaharuan Islam di berbagai negara. Setelah itu, Ahmad Dahlan kembali ke tanah air dan mendirikan Muhammadiyah, terinspirasi oleh pemikiran tokoh-tokoh pembaharuan seperti Jamaluddin Al-Afghani, Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridha.

Ahmad Dahlan Mendirikan Muhammadiyah

Setelah pulang dari Mekkah untuk kedua kalinya Ahmad Dahlan mulai mengembangkan gerakan dan pengetahuan keagamaanya pada masyarakat sekitar. Tepatnya pada 18 November 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta. Muhammadiyah didirikan untuk mencapai cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. Dia ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur'an dan hadis.

Tantangan Awal Pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan

Sejak awal Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang sosial dan pendidikan.

Pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan tidaklah berjalan mulus. Di awal ia menemui perlawanan dari keluarga dan masyarakat sekitarnya. Dia dihadapkan pada fitnahan, tuduhan, dan hasutan yang datang berlimpah. Dituduh mendirikan agama baru yang dianggap menyimpang dari Islam, disebut kiai palsu karena dianggap meniru budaya Belanda, mengajar di sekolah Belanda, berhubungan dengan tokoh-tokoh Budi Utomo yang kebanyakan dari golongan priyayi, serta berbagai tuduhan lainnya. Ahmad Dahlan bahkan mengajar agama Islam di sekolah Belanda untuk anak-anak priyayi di Magelang, dan menghadapi ancaman pembunuhan. Meski begitu, dengan tekad yang kuat, dia berhasil mengatasi semua rintangan tersebut demi melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaruan Islam di tanah air.

Perjuangan Membangun Muhammadiyah di Bawah Kendali Ahmad Dahlan

Pada 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan badan hukum kepada Pemerintah Hindia Belanda, yang baru disetujui pada 22 Agustus 1914 melalui Surat Ketetapan Pemerintah No. 81. Izin ini hanya berlaku di Yogyakarta dan dibatasi oleh pemerintah Hindia Belanda. Meskipun dibatasi, cabang-cabang Muhammadiyah muncul di daerah seperti Srandakan, Wonosari, dan Imogiri, yang bertentangan dengan keinginan pemerintah. Untuk mengatasinya, Ahmad Dahlan mengusulkan agar cabang-cabang di luar Yogyakarta menggunakan nama lain, seperti Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di Ujung Pandang, dan Ahmadiyah di Garut. Di Solo, ada perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah yang dipimpin oleh cabang Muhammadiyah. Di Yogyakarta, Ahmad Dahlan juga menganjurkan berbagai perkumpulan dan jama'ah untuk pengajian dan kepentingan Islam, termasuk Ikhwanul-Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda, dan lain-lain.

Pengaruh dan Perkembangan Luas Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah

Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, di samping juga melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama makin berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921 Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921.

Ahmad Dahlan, yang demokratis dalam mengelola gerakan dakwah Muhammadiyah, memberikan fasilitas untuk evaluasi kerja dan pemilihan pemimpin dalam organisasi. Dalam perjalanan aktivitas Muhammadiyah, telah diadakan hingga 48 kali Muktamar dengan berbagai dinamika di setiap perhelatannya.

Sang Pendiri Muhammadiyah juga Sang Saudagar

Selain menjadi soerang pendiri Muhammadiyah sekaligus Khatib Amin di Masjid Gedhe Kraton Yogyakarta, Kiai Ahmad Dahlan juga seorang pedagang batik. Batik pada waktu hidup Sang Pendiri Muhamamdiyah tersbut menjadi komoditas yang amat laku di pasaran.
Bagi Ahmad Dahlan, berdagang dan berdakwah bukanlah dua hal yang harus dipisahkan. Sebaliknya keduanya bisa berjalan seiringan. Meski punya gelar sebagai pemuka agama dan pendiri Muhammadiyah, aktivitas dagang Ahmad Dahlan tidaklah lesu sama sekali. Ia menjalani kedua aktivitas itu dengan penuh semangat dan gairah.

Menariknya, pasangan suami-istri Ahmad Dahlan dan Siti Walidah tidak hanya menjadi figur inspiratif, tetapi juga menunjukkan keterlibatan aktif dalam kehidupan sehari-hari. Ahmad Dahlan memanfaatkan keuntungan dari berdagang batik sebagai penopang aktivitas dakwahnya.
Di sisi lain, di Kampung Kauman, Siti Walidah memegang peran penting sebagai pengatur kelancaran produksi batik. Tidak hanya mereka, Abdi Dalem Kraton Yogyakarta yang juga terlibat dalam perdagangan batik merupakan pemandangan umum di Kampung Kauman pada periode 1900-1960.

Wafatnya Sang Pendiri Muhammadiyah

Dahlan meninggal pada tahun 1923 dan dimakamkan di pemakaman Karangkajen, Yogyakarta. Atas jasa-jasa K.H. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu ialah sebagai berikut:
1. KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat;
2. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam;
3. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam; dan
4. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.

Pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan mencerminkan keteguhan dalam mengatasi rintangan, memperluas gagasan pembaharuan, dan membentuk organisasi yang demokratis dalam pengelolaannya. Mediamu.com membahas perjalanan inspiratif ini.

Kunjungi Mediamu.com untuk mendalami sejarah Muhammadiyah. Temukan wawasan mendalam tentang perjuangan Ahmad Dahlan dan pengaruh Muhammadiyah dalam pembaruan Islam di Indonesia.

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow